Kita tahu
bahwa Pendidikan di Jepang sangatlah berkualitas. Ini terbukti dari pendidikan
penduduknya yang mayoritas berhasil. Mereka tumbuh menjadi insan-insan
profesional dan teruji hingga membawa dampak pada perkembangan kemajuan
negaranya di segala bidang. Kali ini
marilah sedikit kita mengetahui bagaimanakah negara ini mengatur sistem sekolah
bagi warganya. Ajaran Baru
di Jepang di mulai pada bulan April dan berakhir pada Maret tahun berikutnya.
ini berlaku pada setiap tingkatan (SD-Perguruan Tinggi)
Jepang
menggunakan sistem CAWU. Dalam setahun ada 3 CAWU. Beda dengan di Indonesia
yang menggunakan sistem semester Agustus-September libur musim panas selama 40
hari. Bulan
September masuk 5 kali dalam seminggu. Usia 6
tahun adalah usia wajib belajar bagi anak-anak Jepang. Bagi Orang tua yang
tidak menyekolahkan anaknya ke SD-SMP akan di hukum oleh pemerintah.
Jepang
tidak mengenal sistem “tidak naik kelas“. Semua siswa akan naik ke tingkat
selanjutnya secara otomatis. Sehingga di setiap tingkat tetap terisi oleh
anak-anak yang seusia. Jepang
tidak mengijinkan adanya kelas khusus / kelas unggulan atau akselerasi bagi
mereka-mereka yang pintar-pintar dalam satu kelas khusus. Jepang hanya
mengijinkan anak-anak yang pintar dalam Ilmu Sains dan Teknologi saja yang bisa
masuk Perguruan Tinggi lebih cepat. Kurikulum
di Jepang akan diperbarui dalam tempo 10 tahun sekali mengikuti perkembangan
teknologi yang ada.
Evaluasi
tidak hanya dari guru kepada siswanya, tapi juga siswa mengevaluasi gurunya
demi manfaat pengajaran yang lebih baik. Jepang
tidak mengenal standar nasional atau Internasional untuk pendidikannya. Jepang
tidak menyediakan sekolah khusus bagi anak-anak yang pintar . mereka memandang
bahwa sekolah adalah hak semua siswa di Jepang. di Indonesia misalnya ada SBI
(sekolah berstandar Internasional) atau sekolah unggulan. Akan banyak
simpati dari warga Jepang kepada Bos atau perusahaan yang memperkerjakan
anak-anak yang memiliki keterlambatan berfikir, kecacatan dan juga
keterbelakangan.
Bagaimana
dengan di Indonesia? Apakah tidak ada keinginan kita mengadopsi keberhasilan
negara lain dalam menyiapkan warganya menjadi warga yang terampil dan cakap
serta bersaing secara International seperti Jepang? Siap atau tidak siap
bukanlah halangan, yang penting ada awal untuk memulainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar